SIAP HADAPI KONDISI GAWAT DARURAT
GENTENG – 450 karyawan RS Al Huda Genteng baik medis maupun non medis telah mengikuti in house training Bantuan Hidup Dasar (BHD). Kegiatan yang diselenggarakan bagian diklat RSAH ini, berlangsung selama 4 hari. Melibatkan beberapa orang Dokter dan perawat terlatih bersertifikat sebagai trainers.
BHD adalah pertolongan pertama yang dilakukan pada kondisi gawat darurat medis, korban henti nafas atau henti jantung. “Keadaan gawat darurat medis semacam ini merupakan peristiwa yang dapat menimpa seseorang atau sekelompok orang secara tiba-tiba. Respon pertolongan yang cepat pada keadaan henti nafas/ henti jantung, dapat mencegah kecacatan dan kematian pada pasien”. demikian yang disampaikan dr Agung Muhamad David saat memberi materi dalam IHT/ In House Training BHD tersebut.
“BHD/ Bantuan Hidup Dasar yang cepat dan efektif, akan meningkatkan angka keberhasilan resusitasi, dan bisa meningkatkan harapan hidup 49 sd 75 % serta menurunkan angka gangguan neurologis ataupun kecacatan” papar David
Sementara itu dr Suryadinata, Manajer Pelayanan RSAH mengatakan” Pada era pelayanan Rumah Sakit Berfokus Pada Pasien seperti saat ini, setiap Rumah Sakit wajib menyiapkan layanan asuhan dan pelayanan pasien Risiko tinggi. Dengan begitu, Pelayanan kasus emergency dan penanganan pelayanan resusitasi di seluruh unit rumah sakit, harus ada dan harus selalu siap” ujarnya.
“Untuk itulah RSAH rutin menggelar In House Training semacam ini yang targetnya bisa diikuti oleh seluruh karyawan yang ada di RSAH baik medis maupun non medis. Sehingga seluruh karyawan RSAH selalu siap, trampil dan mampu untuk melakukan BHD” lanjutnya.
Dia menambahkan, “latihan secara kontinyu semacam ini diharapkan bisa menjadi pegangan bagi tenaga medis dan paramedis RSAH untuk rutin melatih ketrampilan dan peka terhadap adanya kegawatan yang memerlukan BHD di sekitarnya. Utamanya di saat situasi semua orang sibuk dan kelelahan seperti sekarang ini. risiko terjadi kegawatan sangat tinggi” ujarnya.
“Disamping itu latihan rutin bersama, bisa meningkatkan komunikasi antar petugas. Sehingga informasi kegawatan bisa tersampaikan dengan cepat, dan kesalahan interpretasi seluruh staff tentang kegawatdaruratan yang sedang terjadi bisa diminimalisir. Dengan begitu akan memacu segera terwujudnya pelayanan prima yang selalu mengedepankan kepentingan pasien” pungkasnya.(rsah)
[wp_sitemap_page]